Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang Rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) kami membinasakan (penduduk) negeri; kecuali penduduknnya
melakukan kezaliman..( al-Qasas: 59)

Kuasa Ilahi
maha suci Allah yang telah menjadikan bumi ini sebagai hamparan bagi sekalian makhluk, Ia ciptakan langit sebagai atap yang dapat mengayomi manusia, Ia jadikan gegunungan sebagai tiang yang memberi kekuatan pada alam, tak cukup disitu Allah juga melengkapi alam raya ini dengan berbagai macam keindahan, mulai dari pepohonan yang menjulang, tumbuh-tumbuhan yang hijau menawan, kemudian Allah curahkan tetesan hujan dari langit agar segala yang ada dimuka bumi bisa bersemi dalam kesegaran.
Seluruh makhluk bersungkur tunduk bertasbih di hadapan Ilahi baik ucap maupun diam, baik nampak ataupun samar semuanya bersaksi atas keagungan Ilahi. Kesempurnaan apa lagi yang diinginkan oleh manusia! Bukankah segala yang menyamar di dunia ini Allah tundukkan untuk manusia, bukankah tumbuhan hijau, pepohonan menjulang memberikan faedah atas manusia!
Ketika perkara lebih di persempit pada kotak Negara Indonesia, maka akan kita sadari bahwa Indonesia merupakan Negara luar biasa. Negara yang dibalut dengan kesempurnaan, tercatat Indonesia merupakan sentral sumber pangan, baik yang dihasilkan dari bawah tanah ataupun yang di petik dari batang, ditambah lagi penduduk Indonesia mayoritas Muslim.
Sungguh keagungan ilahi yang lazim di syukuri, kecukupan hidup yang tetap terpenuhi, kesejahteraan yang terus merata. Maka sesungguhnya Allah akan menambah segala kenikmatan tersebut kepada hamba-Nya yang bersyukur.namun sebagian manusia lupa akan segala kecukupan hidup yang ada, tak pernah menengok kepada mereka yang tak merasakan nikmatnya minum susu, yang tak pernah merasakan asyiknya jalan-jalan ketaman riang. Mereka hanya bisa melangkah satu tapak saja untuk mencukupi keperluan keluarga..


Hedonisme-nyesatkan
Tak sedikit orang yang terjebak dalam kecukupan, banyak orang yang tertabrak remuk dengan segala kesempurnaan, paradigma nyata itu telah menjamur disegala lini, mulai dari kalangan elit hingga kalangan bawah sekalipun. Keadaan yang menghanyutkan diatas telah banyak dirasa oleh generasi pelajar, terutama mereka yang kulyah secara gratis, segala kebutuhan terpenuhi, uang saku pun tiap bulan tersedia, bak Raja yang terus di kipasi para permaisuri! namun dari kecukupan tersebut terdapat segelintir orang yang merasa terhepnotis; merasa segalanya cukup, tidak perlu mengayunkan kaki pun masih bisa hidup dengan mewah, sungguh pemikiran yang picik!.
Tak sedikit para sahabat kita yang masih hidup di bawah standar kesejahteraan, di pinggiran jalan masih terlihat banyak para pekerja yang menanti para tuan untuk mempekerjakannya, di bawah kolong jembatan nampak bertumpuk-tumpuk baju kemiskinan yang membutuhkan uluran tangan para dermawan, pada mereka yang merasa kecukupan! Sudah saatnya para dermawan kita membuka kantong bajunya, mengulurkan bantuan, ikut andil dalam meringankan beban kemiskinan, demi teciptanya kedamaian, kesejahteraan yang merata, kecukupan yang dapat dirasa oleh semua, bukan hanya segelintir orang!
Tak ada salahnya orang memiliki kekayaan harta, memiliki banyak mobil, bahkan Allah SWT menganjurkan agar hamba-Nya tidak melupakan bagiannya di dunia. Artinya ikhtiar duniawi tidak boleh di lupakan, karena amalan dunia itulah yang akan memberikan bukti timbangan kelak di akhirat. Akankah amalan kabaikan hamba lebih berat dari kejelekannya atau sebaliknya! Semua itu berawal dari titihan amal seorang hamba kala di dunia. Harta yang melimpah dapat mendorong tuannya untuk bersedekah, itulah sebabnya kenapa manusia tidak boleh menghambakan akhirat tanpa menuai surga dunia, sesungguhnya dunia itulah yang akan memberikan dampak positif atau negatifnya setiap amalan hamba. Barang siapa yang datang kepada Allah dengan membawa kebaikan maka Allah pun akan melipat gandakan kebaikan tersebut, namun barang siapa yang datang kepada-Nya dengan merangkul beban kejelekan, secara rasio pun Allah akan memberikan ganjaran jelek padanya. Sehingga kebaikan sama dengan kebaikan dan kejelekan sama dengan kejelekan.
Sebagai seorang muslim tak perlu sedih lagi putus asa melihat keadaan suram yang mengajak semua untuk saling memikirkan nasib orang lain, bersama meringankan beban berat mereka, hilangkan dari sikap individual sejahtera, ajak tetangga untuk bangkit, beri kesempatan para kerabat untuk berkarya, jangan sampai kita merasa hidup dalam kesendirian, kita tetap merasa bahwa disamping kita adalah tetangga sepenanggungan, yang harus sama-sama memikul senang riang, duka cita, berat sama dipikul ringan sama dijinjing!.

Saatnya berbenah! Segudang fenomena alam yang sempat membuat mata suram meyaksikan kejadian dahsyat yang memperihatinkan, kondisi yang membuat gendang telinga pecah mendengar dentuman alam yang luar biasa, kaki tak dapat melangkah dan tangan pun tak dapat melanjuk, hanya kebisuan hati dan tangisan air mata seraya berucap: innalillahi wainna ilahi raji’un!. Siapa yang tak kaget melihat menomena alam ini, siapa yang tega melihat puluhan ribu mayit tergeletak tanpa ada identitas nyata, seluruh infrastruktur Negara hancur tanpa sisa, bangunan yang menjulang tinggi, hotel yang selama ini menjadi dambaan, perkebunan hijau menawan, semuanya hancur redam, rata terhimpun tanah. Tak ada kata lain kecuali segalanya kembali pada Ilahi Rabbi..
Nilai sunatullah yang tak bisa dielakkan memang, dzat yang menghendaki akan adanya sesuatu, ia juga memiliki kehendak untuk meniadakan sesuatu. Tak jauh beda dengan penciptaan manusia, mulai dari kehidupan bayi dalam kandungan, yang jika Allah berkehendak akan kehidupan sang bayi maka dia akan memberikan kehidupan padanya, namun jika Allah menghendaki sabaliknya, maka dengan ringan Allah pun akan meniadakan kehidupan bagi sang bayi, sehingga tidak heran banyak bayi yang masih berumur muda dalam kandungan meninggal,dsb. Setelah kelahiran sang bayi, Allah menyediakan baginya tempat kehidupan “Dunia” yang ditandai dengan tangisan bayi saat Ibu melahirkan, namun umur kehidupan sang bayi tersebut berada pada genggaman Ilahi, maka Allah memiliki hak untuk memberikan kepadanya umur panjang atau sebaliknya, jika dikatakan kepadanya jadilah! Maka akan jadi segala yang Allah kehendaki!
Kalaupun dapat dikorelasikan antara kehendak Tuhan dengan kenyataan yang terjadi, maka sebagai seorang muslim percaya bahwa segala kejadian yang telah terjadi, yang sedang terjadi ataupun yang akan terjadi, semuanya telah termaktub dalam aturan Ilahi. Namun dibalik takdir (ketentuan) Allah, Ia juga memberikan keleluasaan (mukhaiyar) kepada sekalian hamba untuk berekspresi, menanamkan nilai takdir Ilahi di alam raya ini. Maka merupakan keniscayaan jika segala ganjaran sesuai amalan yang dilakukan dan tidak sesuai takdir Allah. Sehingga dengan adanya korelasi yang rapi antara takdir Ilahi dengan ikhtiar basyari (tekad manusia) akan menjauhkan manusia dari sikap ke-nina bobokan atas takdir Ilahi. Sebab ketika Allah tidak memberikan leluasa kepada para Hamba (mujbar) maka segala kejadian baik buruknya akan berimbas pada takdir, sehingga Takdir Allah hanya sebagai kambing hitam yang akan dimanfaatkan oleh hamba untuk menafikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
Korelasi antara takdir Allah dengan ikhtiar basyar ternyata dapat disaksikan lewat fenomena alam yang sedang gencar di rundu lara. Semua penghuni alam ini merasa cengang, kaget melihat kejadian dahsyat yang sedang terjadi, acara TV yang seirama memberitakan duka rasa, porak poranda, musibah, adzab yang sedang dirasa.
Masih teringat kejadian tsunami di aceh yang terdengar oleh seluruh nusantara, jatuhnya pesawat A-D, banjir yang meluap di pelataran kota maupun desa! 30 september Indonesia kembali digoncang dengan gempa yang berskala 7,6 Sl, gempa yang mengguncang sumatera barat (Padang), tasikmalaya, Jakarta, Lampung, semua fenomena tersebut tak lepas dari takdir Ilahi dan ikhtiar manusia.
Sangat rasional jika seorang kaya memberikan modal kepada seseorang untuk berbisnis, maka tugas si kaya selain memberi juga mengawasi usaha yang sedang di jalani. Namun hasil akhirnya untung atau ruginya sangat ditentukan oleh orang yang diberi modal dan bukan yang member modal. Allah SWT telah menjadikan alam raya sebagai lahan untuk bercocok, menyediakan segala kesempurnaan alam untuk menjamin kelangsungan hidup manusia, Allah juga berkehendak memberi kehidupan kepada manusia, Allah menundukkan siang, malam, hewan ternak, tumbuh-tumbuhan, untuk menciptakan ketentraman manusia, itulah yang dinyatakan sebagai takdir Allah atas manusia.
Sebagai seorang muslim harus yakin bahwa segala musibah yang terjadi tidaklah keluar dari Takdir Ilahi, tapi alangkah ironis jika Allah menghendaki akan kebaikan ataupun kehancuran tanpa adanya tujuan yang ia kehendaki! Allah memberi kehidupan untuk beribadah kepadaNya, Allah memberi nikmat sehat untuk di-syukuri, hilangnya keharmonisan alam yang selama ini di rasa, musibah yang sedang menimpa, kesedihan yang sedang dirasa, sesungguhnya dibalik semua itu terdapat bukti akan kuasa dan takdir Ilahi di muka bumi ini. Selain takdir yang menghendaki akan musibah, namun ikhtiar manusia yang sangat mendominasi terjadinya musibah itu. Tercantum dalam al quran bahwa banyak kerusakan alam yang bermula dari ulah tangan manusia; Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari ( akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang benar ( ar-Rum: 41)
Banyak persepsi dari mereka yang menyaksikan fenomena dahsyat tersebut, sebagian mengatakan bahwa semua kejadian itu merupakan musibah yang Allah timpakan kepada mereka, dan kita hanya dapat bertawakal kepada-Nya. Sebagian yang lain memandang bencana tersebut adalah salah satu bentuk adzab yang Allah timpakan kepada mereka sebagai peringatan atas segala perbuatan salah selama ini. Ketika ditinjau kedua persepsi diatas mengarah kepada ujung kebenaran , dalam artian bahwa bencana yang terjadi tersebut adalah musibah yang telah Allah tetapkan (takdirkan) atas hamba-Nya, dan juga bencana tersebut salah satu bentuk adzab (cobaan dunia) sebagai bentuk peringatan atas sekalian manusia.
Banyak bukti alam yang menjurus kepada penilaian pertama (musibah=adzab), diantaranya adalah kerusakan alam dengan memotong pepohonan yang sesungguhnya pepohonan tersebut berfungsi sebagai benteng agar tidak terjadi longsor, dari sisi lain sikap manusia yang jauh dari Allah SWT, pendirian tempat-tempat yang mendatangkan maksiat, yang mengumbar perzinaan, dll semua itu merupakan diantara sebab yang mendatangkan murka Ilahi atas segala ulah tangan manusia. Sehingga sungguh sangat pas jika Allah berfirman bahwa kerusakan alam (bencana) adalah akibat dari tingkah laku manusia itu sendiri yang jauh dari kasih sayang Alam, bukannya melestarikan malah merusaknya tanpa rasa kasih sayang..
Fenomena alam diatas setidaknya memberikan arti akan kesadaran diri (introspeksi)terhadap segala kesalahan, ketidak wajaran terhadap Alam, rasa aba terhadap penjagaannya enggan untuk menyapa, melestarikan kedamaian alam yang berujung pada kehampaan, kehancuran, tangisan sedu, dan perasaan sedih lainnya yang semua bermula dari ulah kenakalan tangan manusia.
Akhirnya; semoga Allah yang maha bijak selalu menunjukkan kepada kita jalan kebenaran, jalan yang mengarah pada ridha-Nya dan bukan yang menghunus pada kemarahan dan kemurkaan-Nya.

Wallahu a’lam bis shawaab