oleh Fakhrul Islam

Paham Globalisasi sekaligus sosialisasinya maupun penerapannya pada suatu perhimpunan masyarakat yang mencakup berbagai aspek baik berupa cultural, tradisi, kebudayaan, bahkan dari aspek yang berbau religious sekalipun, merupakan perihal yang sangat bertolak belakang dengan sunatullah yang telah Allah undang-undangkan semenjak pertama kali penciptaan makhluk -Nya di muka bumi ini.
Keberagaman dalam Islam
Berbagai macam bentuk hikmah yang telah Allah gariskan untuk sekalian hamba-Nya, diantara hikmah tersebut adalah diciptakannya manusia dengan berbagai pareasi (bentuk) , yang membedakan antara satu dengan lainnya, mulai dari Rupa dan Warna, tinggi dan pendek, kuat dan lemah, kaya dan miskin, kebaikan dan kejelekan, petunjuk dan kesesatan, keimanan dan kekufuran, dan lain sebagainya yang dapat mengidentifikasikan akan adanya keberagaman pada ciptaan Allah yang maha kuasa . hal ini dipertegas lagi oleh firman Allah dalam surat Yunus :19, yang artinya: Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.
Dan lebih diperjelas lagi dalam surat Ar-rum:22 yang menyatakan bahwa:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Hikmah keberagaman tersebut tidak hanya terbatas pada manusia saja, namun mencakup segala ciptaan-Nya, baik berupa benda mati, tumbuh-tumbuhan, dan juga keberagaman bentuk hewan, perihal ini dengan gamblang Allah jelaskan dalam surat father:27-28, yang mengandung makna: Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya)…

Dan keberagaman juga nampak dengan jelas pada bentuk makanan dan minuman, seperti yang tercantum dalam fiman Allah surat Al-an’am: 141 yang menegaskan bahwa:
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Timbul pertanyaan apa sebenarnya hikmah dari adanya keberagaman tersebut,,? Dengan simple al-qur’an menjawab bahwa dengan keberagaman tersebut Allah SWT menjadikannya sebagai imtihan ( ujian&cobaan) buat sekalian hamba-Nya, hikmah dari keberagaman tersebut, seperti yang di jelaskan dalam surat al-maidah:48 yang menyatakan: Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Dan lebih di pertegas dalam surat huud: 118:
Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.
Dalam arti kata” kalaulah seandainya Allah SWT menghendaki atas ciptaan-Nya dalam bentuk yang satu, hidup dalam aturan satu, berkebudayaan satu, Allah pun kuasa atas semua itu, namun di balik itu semua Allah SWT menciptakan keberagaman tersebut sebagai penyempurna, serta sebagai bunga yang dapat menghiasi kehidupan sekalian manusia. Dengan jelas al-qur’an bertutur: “tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat”
Dengan jelas sepenggal ayat tersebut membuktikan bahwa suatu harapan yang kandas dan tak akan pernah terungkap bagi suatu Negara yang memiliki sayap militer yang kuat dan berusaha untuk menguasai Negara-negara lemah baik dengan cara menawarkan produk tata cara kenegaraan yang sama, maupun dengan cara ke diktatorannya sehingga memaksa Negara-negara lemah untuk hidup dengan tatanan Negara adi kuasa, namun semua itulah hanyalah usaha konyol, dan yang tidak akan pernah berhasil, kerena secara mendasar pengglobalan ( perubahan&penyemian), yang dilakukan oleh Negara kuasa terhadap Negara-negara yang predikatnya lemah merupakan hal yang sangat bertolak belakang dengan fitrah manusia ataupun dengan sunatullah di muka bumi ini, dan pasti keberagaman etnis, bangsa, kebudayaan itu akan selalu ada dan tetap nampak wujudnya hingga sampai akhir zaman.
Menyikap Globalisasi
Globalisasi sering diistilahkan sebagai usaha penyebaran suatu system pemerintahan tertentu untuk di terapkan di setiap Negara dengan tujuan penyamaan sistem dengan tanpa memperhatikan hak-hak Negara tertentu. Dari istilah inilah ada yang memaknai dengan penjajahan dengan wajah baru, artinya penjajahan yang terselubung seakan tidak nampak namun dampaknya sagat berpengaruh terhadap sistem pemerintahan, tatanan Negara, serta berdampak pada seluruh elemen masyarakat. Kalaupun ada yang menyangkal bahwa di satu sisi terdapat dampak positif dari penerapan sistem tersebut, semisal mempererat hubungan antar negara dengan jalinan keharmonisan dan saling menghormati, namun ternyata ketika semua itu di pahami dengan jeli maka dibalik dampak positif yang di peroleh terdapat dampak negatif bahkan sebagai tamparan buat pemerintah dan masyarakat sekalipun, karena jika sistem ini berkambang di suatu Negara, maka secara otomatis akan timbul sikap ketergantungan atas Negara lain, yang pada akhirnya Negara tersebut lambat laun akan menjadi budak bagi Negara adi daya ( Kuasa).
Sesungguhnya Globalisasi serta aktor paham tersebut yang berusaha menduniakan pemikiran mereka melalui jalur politik ataupun yang lainnya, serta berusaha menafikan adanya keberagaman atau kebermacaman yang tetap berkembang , semua itu merupakan penyimpangan serta pertentangan dengan ketetapan (sunatullah) pada penciptaan yang terdapat keberagaman,keistimewaan, serta identitas tersendiri dari setiap ciptaan-Nya, mulai dari manusia, tumbuh-tumbuhan,hewan,dll. Maka dapat di rumuskan bahwa yang berhak memiliki sifat tunggal (keesaan) hanyalah Allah SWT, dan selain Dia segalanya berlaku pada koledor keberagaman dan kebermacaman.
Antara Globalisasi dan Dunia Islam
Sangat nampak perbedaan antara keduanya jika di kembalikan pada jalur Islam, karena dari sisi yang berbeda islam sangat memperjuangkan sistem keberagaman sedang Globalisasi sendiri lebih menafikan hal itu bahkan merubahnya sebagai kesamaan, ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok antara keduanya yang dapat di tuangkan dalam tulisan ini,diantaranya:
Unsur utama globalisasi adalah penyebaran hukum-hukum baru oleh Negara kuasa kepada seluruh Negara-negara yang dianggapnya lemah dan tiada kuasa, sedang Islam lebih mengajak berpikir untuk menjadi Negara yang mandiri, menumbuhkan kreatifitas masyarakat, serta menjauhkan dari sekap ketergantungan terhadap Negara lain.
Sistem globalisasi lebih kearah diktatoris terhadap Negara-negara lemah, sehingga segala kewenangan di atas Negara kuasa, namun Islam tidak sedemikian kerasnya . bahkan islam mencoba mengajak kepada sikap lemah lembut, saling menghormati dengan tanpa mengurangi hak-hak Negara lain.
Secara kasarnya globalisasi merupakan sistem yang berwajah seram dan biadab, tidak nampak tapi sangat menyakitkan. Sedang Islam merupakan system pemerintahan yang tangguh, yang terus mendahulukan akhlak dalam setiap gerak pemerintahan, serta tingkah laku islam sebagai pondasi awal dalam menciptakan kedamaian bangsa
Kesimpulan
Dari perbedaan yang sungguh nyata antara dua koin yang berbeda globalisasi dan dunia Islam sebagai intisari sekaligus tugas kedepan bagi elemen bangsa maupun masyarkat secara menyeluruh bahwa sesungguhnya sistem Islam merupakan sistem yang utuh dan satu-satunya sistem pemerintahan yang harus dipertahankan dengan cara selalu menjaga kreatifitas serta kemampuan masyarakat dalam menciptakan kehidupan yang madani dengan tanpa mengharapkan bantuan atau asuhan dari Negara lain yang pada akhirnya hanya akan membuat masyarakat mati dalam wujud ada. Dan juga harapan utama agar pemerintah dapat selalu menciptakan atau merencanakan bentuk perekonomian, sistem sosial yang baru (sistem Islam) yang dapat menghantarkan masyarakat pada kesejahteraan hidup dan tidak merasa terjajah terhadap Negara kuasa.

NB: tulisan diatas merupakan hasil saringan dari majalah tawashul terbitan kuliah dakwah dan ringkasan dari muhadharah yang disampaikan oleh Dr. Wahbah zuhaili dalam kunjungannya di kuliah dakwah Libya.