Prawacana
Rasa syukur selalu tertuang dan tersampaikan kepada Allah SWT atas segala karunianya berupa kebebasan akal dari cengkraman ahli jahiliah, Shalawat sejahtera semoga tetap pada pribadi Rasul Muhammad SAW sebagai tauladan buat setiap umat rahmatan lil alamin, Beliau yang telah mengajarkan para umatnya akan pentingnya nilai pendidikan dan pengasuhan atau yang sering disitilahkan Pentarbiyahan mulai dari pribadi Rasul, para Sahabat, dan sekalian umat . sistem pendidikan yang bertujuan pembebasan akal dari kejumudan dan dari ketidak fungsian akal yang mengakibatkan kebobrokan serta kemunduran umat. Dari pendidikan juga muncul generasi-generasi tangguh yang faqih dalam hal keagamaan, intelektual dalam hal umum. bermula dari pendidikan yang digalang ole Rasul SAW hingga saat ini juga perhatian para ulama dan pemerintah terhadap pentingnya nilai pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan memiliki posisi yang sangat signifikan dalam rangka pencerdasan umat. Berkaca pada pendidikan yang sedang berkembang di Indonesia rasanya perlu berterimakasih kepada seluruh elemen-elemen yang terus memikirkan dan memperhatikan pentingnya Pendidikan tersebut walaupun disana sini masih terdapat kekurangan yang perlu disempurnakan bersama. Sistem yang sedang berkembang di Indonesia sudah termasuk dalam skala Nasional bahkan Internasional dengan bentuk pembelajaran yang cukup modern, mulai dari pembelajaran di ruang kelas hingga pembelajaran yang berlangsung dari jarak jauh, sehingga para anak didik bisa dengan cepat mengakses ilmu lewat internet dan sarana lainnya.
Maka dari pada itu penulis ingin mengulas beberapa hal yang merupakan faktor awal dalam pembelajaran sekaligus unsur yang tidak bisa dipisahkan antara pengajar dan murid secara spesifik dan interaksi umum secara lebih luas. Faktor utama tersebut adalah Psikoligi ( Kondisi kejiwaan anak didik), sehingga diharapkan dengan mengetahui sedikit banyaknya kondisi jiwa para murid, sang guru akan lebih lega dan santai dalam mentransfer ilmu kepada anak didiknya.




Istilah dan Tujuan
Dua kalimat yang saling bertolakan namun ketika digabungkan menghasilkan arti yang sangat indah, Psikologi dan Pendidikan. Psikologi yang diistilahkan dalam bahasa arab dengan “Ilmu nasf” yang berarti Ilmu jiwa, sedang Pendidikan dalam istilah arab “Tarbawi” yang berarti pengarahan dan pengasuhan. Jika keduanya digabungkan maka akan memberi makna disiplin Ilmu yang dengannya bisa diketahui kondisi kejiwaan manusia dalam konteks pendidikan dengan tujuan memudahkan proses pembelajaran, mengetahui pertumbuhan akal peserta didik, dan memudahkan para pengajar untuk mentahlil setiap permasalahan yang muncul.
Sikologi atau orang yang paham tentang ilmu kejiwaan, ia akan dengan sangat mudah berinteraksi dengan peserta didiknya siapapun dia, mulai dari tingkat raudhatul atfal (Tk), ibtidaiyah, hingga tingkat perguruan tinggi dan tak terhingga. ilmu kejiwaan ini terus diterapkan sampai menjadi kurikulum khusus diberbagai lembaga, tentu dengan memahami secara detail akan fungsi dan pengaruhnya ter- hadap kesuksesan dalam sistem pengajaran, maka interaksi antara guru dan peserta didik akan berlangsung dengan keharmonisan dan ilmu pun akan dengan mudah di transfer oleh anak didik.
William James seorang pakar ilmu kejiwaan yang terus mengulas kondisi kejiwaan manusia mulai dari penelitian, riset sehingga menghasilkan buku panduan khusus seperti dalam karyanya Talk to Teacher/ Panduan bagi para pengajar, yang hingga saat ini terus dilestarikan dalam berbagai bentuknya mulai dari kurikulum khusus, atau disampaikan dalam seminar umum yang pada intinya mengajak para pengajar untuk lebih serius dalam memperhatikan kondisi jiwa anak didik disaat pembelajaran yang pada akhirnya akan menghasilkan hasil yang luar biasa dari interaksi tersebut.
Hasil telah banyak membuktikan antara pengajar yang paham tentang kondisi jiwa anak didiknya dengan pengajar yang nol akan pengetahuannya tentang itu. Dua pengajar yang dihadapkan dengan materi yang sama dan keduanya juga memiliki keahlian yang sama dalam bidang itu, kita ambil contoh materi bahasa arab, kedua pengajar tersebut sama-sama pahamnya tentang materi itu dengan secara detail. Pengajar pertama selain paham materi namun juga piawai dalam mentahlil kejiwaan peserta didiknya, sehingga langkah awal yang ia lakukan adalah bagaimana menciptakan materi bahasa arab ini di senangi oleh para murid dengan cara menyusun meteri tersebut serapi mungkin sehingga mudah dipahami oleh para murid, serta kreatif lainnya! Langkah kedua pengajar berusaha menjadikan suasana pembelajaran yang nyaman sampai-sampai murid betah di dalam lokal dengan cara menyajikan materi yang mantap, ataupun dengan cara membuat gime sebagai selingan biar murid tidak merasa bosen, ngantuk,dll. Adapun pengajar kedua ia sangat pandai bahkan diacungi jempol akan keilmuannya di bidang bahasa arab, namun ia kurang mengerti bahkan nol dalam bidang kejiwaan peserta didiknya, sehingga ia mengajarkan meterinya dengan kondisi kering artinya sekedar menyampaikan apa yang ada di dalam buku, ia tidak peduli akan kondisi muridnya terserah mau paham apa tidak yang penting materi telah aku sampaikan,,katanya. terus kondisi serupa berjalan hari demi hari seakan tidak ada hasil yang memuaskan dari meteri yang cukup unik itu, dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa materi cukup penting dalam pembelajaran, namun yang lebih penting dari pada itu adalah penyampaian metode dan pengetahuan pengajar terhadap kondisi jiwa para peserta didiknya, itu yang lebih penting dari segalanya.
Ciri khusus Psikologi Pendidikan
Secara singkatnya ada beberapa ciri khusus yang tertera pada psikologi pendidikan ini, ciri khusus inilah yang membedakannya dengan disiplin ilmu lainnya . ciri-ciri tersebut tergolong pada beberapa kategori:
Psikologi pendidikan termasuk dalam kategori Psikologi umum, artinya keterkaitan antara psikologi pendidikan dengan umum sangat erat sekali, sehingga psikologi pendidikan merupakan penafsiran terhadap psikologi umum yang mencakup berbagai cabang ilmu psikologi, ya diantaranya psikologi pendidikan, psikologi pertumbuhan anak, dll
Sebagaimana terungkap pada uraian di atas bahwa Psikologi pendidikan lebih terfokus pada areal pendidikan ataupun yang ada kaitannya dengan pengasuhan, pengarahan, pelatihan, dan pada bidang lainnya.
Psikologi Pendidikan kerab disebut dengan ilmu praktis (Lapangan), pasalnya disiplin ilmu ini tidak cukup hanya penyampaian materi, namun jauh dari pada itu praktek nyata yang lebih utama.
Disiplin ilmu ini memiliki tujuan yang jelas, yaitu membantu para pengajar untuk lebih mengetahui kondisi kejiwaan para peserta didiknya, yang pada akhirnya memudahkan dalam proses pembelajaran serta interaksi bisa terjalin dengan harmoni antar pengajar dan anak didik.
Berpijak pada ciri-ciri khusus diatas dapat memberikan penjelasan yang lebih jauh kepada para pengajar akan pentingnya ilmu tersebut, karena memang system pengajaran tidak cukup dengan kurikulum yang jitu, namun juga membutuhkan factor-faktor yang sangat mendukung tercapainya system pengajaran yang sempurna ” Psikologi Pendidikan”.
Kondisi Pertumbuhan Anak dan Akal 
Terdapat beberapa pengkatagorian awal mula pertumbuhan sang Anak, diantaranya:
1. pertumbuhan bayi dalam kandungan
Pada saat bayi masih berada di janin sang Ibu, partumbuhan sang bayi pun sudah mulai berkembang. Al quran sudah dengan jelas mengupas bagaimana pertumbuhan bayi mulai dari air mani yang bertemu dengan sperma, sehingga dengan proses yang bertahap sampai terbentuklah segumpal darah yang dibalut dengan daging hingga menjadi wujud bayi yang sempurna. Pertumbuhan janin ini lebih dalam pertumbuhan bentuk badan sang bayi, hingga terlahirlah sang bayi mungil dengan tangisan sebagai simbulnya.
2. Tingkatan kanak-kanak hingga umur 5 tahun
Pada tingkatan ini pertumbuhan badan Anak lebih besar sekalanya disbanding pertumbuhan akal, karena pada umur belita ini merupakan masa pertumbuhan yang sangat menentukan kondisi pertumbuhan anak selanjutnya, dan juga sang bayi sangat membutuhkan konsumsi makanan yang berskala banyak demi penyempurnaan organ tubuh bayi. Sedang areal akal pada masa ini tidak terlalu membutuhkan konsumsi banyak, karena akal sang bayi masih dapat dikatakan bening dan jernih sehingga konsumsi yang diperlukan tidaklah begitu banyak di banding kebutuhan badan sang bayi.
3. Tingkatan usia 6-8 tahun
Pada usia ini sang anak mulai menginjakkan kakinya di bangku sekolah, artinya kedua unsur tubuh yaitu pertumbuhan badan dan akal saling menunjukkan pertumbuhannya, sehingga keduanya membutuhkan konsumsi yang setara. Dapat dikatakan pertumbuhan akal sang anak pada usia ini lebih pesat dibandingkan pertumbuhan badan, karena kerja akal pada usia ini lebih banyak terporsir, sehingga membutuhkan pemasukan konsumsi yang seimbang juga, tentu konsumsi itu diambil dari pertumbuhan badan yang mengakibatkan pertumbuhan badan sedikit mandeg alias reaksinya sedikit berkurang jika dibandingkan dengan masa balita sang anak. Pada usia inilah kecerdasan sang anak mulai nampak, tentunya ini semua bersumber dari terpenuhinya pertumbuhan akal dengan sempurna.
4. Tingkatan usia 12 -17 tahun
Jenjang usia ini sering diistilahkan murahaqah ” masa puberitas”, pertumbuhan pada masa ini dapat dikatakan stabil, pertumbuhan badan sangat pesat sekali begitu pula pertumbuhan akal anak, keduanya saling membutuhkan skala konsumsi yang setara. Namun sepertinya pertumbuhan badan pada masa ini ( pertumbuhan badan internal/eksternal) lebih pesat ketimbang pertumbuhan akal( imajinasi) walaupun keduanya saling membutuhkan.
5. Tingkatan usia 18 tahun keatas
Pada masa ini kondisi badan sudah pada puncak kesempurnaan, artinya badan tidak terlalu membutuhkan konsumsi dalam skala banyak, kalaupun butuh itu merupakan pelengkap dan penyempurna. Sedang kondisi akal pada masa ini jauh lebih diperhatikan dengan melihat fungsi akal pada masa ini, mulai dari memahami sesuatu, berpikir, semua itu tentu membutuhkan konsumsi yang lebih. Sehingga bisa dipastikan pertumbuhan akal jauh lebih unggul dari pertumbuhan badan.
Dari tingkatan pertumbuhan diatas dapat di rumuskan bahwa pertumbuhan anak akan sangat mempengaruhi pada kondisi kejiwaan anak itu sendiri, setiap tingkatan pasti akan mempengaruhi jiwa sang anak mulai dari tindakan, tingkah laku, yang semuanya terangkum dalam kondisi jiwa sang anak.

Kesimpulan
Seorang guru akan lebih mudah berinteraksi dengan peserta didiknya ketika ia mengetahui kondisi kejiwaan setiap anak didiknya, karena dengan menetahuinya sang guru akan mencari metode apa yang lebuh cocok untuk berinteraksi dengan para anak didiknya. Terakhir semoga tulisan singkat ini dapat membantu para pembaca atau para pengajar dalam merumuskan kondisi jiwa para muridnya demi mencapai tujuan pembelajaran yang sempurna.

Wallahu a’lam bis-shawab